Kamis, 11 Desember 2014

INTERAKSI WILAYAH DESA - KOTA

INTERAKSI WILAYAH DESA-KOTA

A.    PENGERTIAN INTERAKSI

Interaksi adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara dua wilayah atau lebih yang dapat menimbulkan gejala, kenampakan baru.
Interaksi antara dua wilayah ditandai dengan :
1.      Adanya perpindahan (arus)  atau mobilitas penduduk
2.      Adanya  perpindahan (arus) barang
3.      Adanya perpindahan (arus) informasi
·         Semakin besar  perpindahan (arus) salah satu unsur diatas menandakan interaksi semakin kuat. Demikian sebaliknya.

B.       FAKTOR INTERAKSI KERUANGAN

Menurut Edward Ullman, ada 3 faktor utama yang mendasari timbulnya interaksi antar-wilayah, yaitu :
1.  Adanya komplementaritas yaitu wilayah-wilayah yang saling  melengkapi (regional complementarity).

2.  Adanya kesempatan berintervensi, yaitu  adanya kesempatan untuk ber-intervensi (intervening opportunity).

3.     Adanya transferabilitas, yaitu kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang (spatial transfer ability).

         Keterangan :
1.  Wilayah yang saling melengkapi akan mendorong interaksi semakin kuat. Semakin besar komplementaritas semakin besar pula arus komoditas. 

Regional Complementary adalah terdapatnya wilayah-wilayah yang berbeda dalam ketersediaan atau kemampuan sumber daya. Di satu pihak ada wilayah yang kelebihan (surplus) sumber daya, seperti produksi pertanian dan bahan galian, dan di lain pihak ada daerah yang kekurangan (minus) jenis sumber daya alam tersebut. Adanya dua wilayah yang surplus dan minus sumber daya tersebut sangat memperkuat terjadinya interaksi, dalam arti saling melengkapi kebutuhan, di mana masing-masing wilayah berperan sebagai produsen dan konsumen.

2.      Adanya kesempatan berintervensi, dimana satu wilayah atau daerah mendominasi wilayah lainya akan mengakibatkan interaksi lemah. Semakin besar intervensi semakin kecil arus komoditas. Perhatikan gambar !
 
 
Berdasarkan Bagan diatas, sebenarnya secara potensial antara wilayah A dan B sangat memungkinkan terjalin interaksi karena masing-masing wilayah memiliki kelebihan dan kekurangan sumber daya sehingga dapat berperan sebagai produsen dan konsumen. Namun karena ada wilayah lain, yaitu C yang menyuplai kebutuhan wilayah A dan B maka kekuatan interaksi antara A dan B menjadi lemah. Dalam hal ini, wilayah C berperan sebagai intervening area atau wilayah perantara. Intervening opportunity dapat pula diartikan sebagai sesuatu hal atau keadaan yang dapat melemahkan jalinan interaksi antarwilayah karena adanya sumber alternatif pengganti kebutuhan.
  


3.   Kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang dipengaruhi oleh prasarana dan sarana transportasi dan komunikasi, seperti jarak, biaya angkutan,  jalan raya, pelabuhan, kendaraan pengangkut,  peraturan yang berlaku, dll.

3.1.  Faktor jarak
Secara umum semakin jauh jarak dua wilayah maka interaksi semakin lemah.
Sebaliknya semakin dekat jarak mutlak antara dua wilayah maka interaksi semakin kuat. Contoh : interaksi Medan – Binjai akan lebih kuat dibandingkan Medan – P. Siantar, karena jarak Medan –Binjai yang  lebih dekat.

3.2.  Semakin murah biaya angkutan antar 2 kota / daerah maka interaksi semakin kuat.
Contoh : Biaya angkutan Medan – Jakarta yang lebih murah dibandingkan Medan – Palembang mengakibatkan interaksi Medan – Jakarta lebih kuat dibandingkan Medan – Palembang.

3.3.  Kemudahan transportasi dan pengangkutan dipengaruhi kualitas jalan, ketersediaan sarana  kendaraan, ketersediaan prasarana pelabuhan, terminal, dan semua fasilitasnya, serta pembatasan administrasi seperti visa, pajak, dll.
Jalan yang baik dan mulus akan memudahkan pengangkutan. Ketersediaan sarana pengangkut akan memudahkan transfer, dan pembatasan dan pembebanan pajak terhadap suatu komoditi akan menpersulit transfer. Contoh : Interaksi antar negara dibatasi adanya UU dan peraturan yang mengenakan pajak terhadap komoditas ekspor.


C.     TEORI INTERAKSI

Ada beberapa teori yang menjelaskan interaksi antar wilayah, yaitu :
1.      Teori gravitasi
Teori ini diadopsi oleh W.J. Reilly dari teori gravitasi Sir Issac Newton (Fisika).

                                  PA .PB
            IA.B. = k. ----------
                                 (d A.B)
                                              
Ket : IAB =  Kekuatan interaksi Kota A dgn B
         k     =   konstanta yaitu 1
         PA  = Jumlah penduduk wilayah A
         P B = Jumlah penduduk wilayah B
          d AB = Jarak mutlak kota A dgn B

Menurut teori ini bahwa kekuatan interaksi antara dua wilayah berbanding lurus dengan jumlah penduduk kedua wilayah dan berbanding terbalik dengan jarak mutlak kedua wilayah. Ini artinya semakin besar penduduk kedua kota dan semakin dekat jarak kedua kota  yang berinteraksi maka interaksi semakin kuat, demikian sebaliknya.

2.      Teori titik henti
Menurut teori ini bahwa jarak titik henti dua pusat perdagangan (kota) berbanding lurus dengan jarak keduanya dan berbanding terbalik dengan  satu ditambah akar  dari pembagian  jumlah penduduk kota yang berinteraksi.


                                       d AB
             D AB =   -------------------
                                   1 +  PB/PA

Ket :
DAB = Jarak lokasi titik henti diukur dari kota yang penduduknya lebih kecil.
D AB  =   jarak kedua kota
P A     =   Jumlah penduduk kota A
P B     =   Jumlah penduduk kota B (yang lebih besar)

Teori ini menjelaskan bahwa kota yang lebih besar cenderung memiliki tarikan yang lebih kuat dibandingkan dengan kota yang lebih kecil. Lokasi titik henti akan mendekati kota yang lebih besar.

3.      Indeks Konektivitas
Teori ini dikemukakan oleh K.J. Kansky untuk mengetahui kekuatan interaksi berdasarkan jaringan jalan.
Semakin banyak (kompleks) jaringan jalan maka konektivitas semakin kuat, atau interaksi semakin kuat.
Rumus :
                               e
             β  =  ----------
                               E
 



                                                            Keterangan :
                                                            β  =  Indeks konektivitas
                                                            e  =  jumlah jaringan jalan
                                                            v  =  jumlah kota




D.      INTERAKSI DESA-KOTA

Desa dan kota dua wilayah  berinteraksi dengan kuat. Kedua wilayah ini berkomplementasi atau saling melengkapi. Desa dengan produk pertanian (agraris) mensuplai makanan (pokok) ke kota, sedang kota mensuplai hasil industri dan tehnologi ke desa. Demikian juga tenaga kerja kasar dari desa di butuhkan di kota, sedang kota menyediakan tenaga profesional ke desa. Kota dengan berbagai fungsinya dapat dimanfaatkan penduduk desa seperti melanjutkan pendidikan, sarana kesehatan, dan hiburan,dll. Kuatnya interaksi desa – kota dapat dilihat dari besarnya arus barang, dan mobilitas penduduk dari kota ke desa dan dari desa ke kota setiap hari.

Urbanisasi sebagai suatu fenomena sosial merupakan salah satu bentuk hasil interaksi kota- desa. Semakin besar dominasi kota terhadap desa maka arus urbanisasi semakin tinggi. Sebaliknya pembangunan yang signifikan diperdesaan dan kelancaran arus barang dari desa ke kota sebagai pasar hasil produk dari desa akan mendorong interaksi yang semakin melengkapi.


Zona Interaksi Kota-Desa

Menurut Bintarto, zona-zona interaksi antara wilayah perkotaan dan perdesaan membentuk pola-pola konsentrik, yaitu sebagai berikut.

a.       City diartikan sebagai pusat kota.
b.     Suburban (sub daerah perkotaan), adalah suatu wilayah yang lokasinya berdekatan dengan pusat kota. Wilayah ini merupakan tempat tinggal para penglaju (penduduk yang melakukan mobilitas harian ke kota untuk bekerja).
c.       Suburban fringe (jalur tepi subdaerah perkotaan), adalah suatu wilayah yang melingkari sub-urban, atau peralihan antara kota dan desa.
d.    Urban fringe (jalur tepi daerah perkotaan paling luar), adalah semua batas wilayah terluar suatu kota. Wilayah ini ditandai dengan sifat-sifatnya yang mirip dengan wilayah kota, kecuali dengan wilayah pusat kota.
e.       Rural urban fringe (jalur batas desa dan kota), adalah suatu wilayah yang terletak antara kota dan desa yang ditandai dengan pola penggunaan lahan campuran antara sektor pertanian dan nonpertanian.
f.       Rural (daerah perdesaan).









KONSEP WILAYAH DAN  PEMBANGUNAN

I.         KONSEP WILAYAH
Wilayah atau region adalah ruang permukaan bumi yang memiliki ciri khas yang membedakannya dengan ruang lain.
·         Konsep wilayah dapat dikategorikan menurut :
1.    Secara alamiah (natural region)
Misalnya : Wilayah pegunungan, dataran rendah.
2.    Kenampakan tunggal (single feature  region)
Misalnya : Wilayah beriklim tropis, wilayah hutan, dll.
*    Konsep lain menurut :
a). Keseragaman (wilayah seragam atau uniform region).
     Misalnya : misalnya wilayah pertanian, perkebunan karet, kawasan kumuh,dll.
b). Wilayah modus (nodal region) atau wilayah fungsional adalah wilayah yang diatur
     oleh beberapa pusat kegiatan yang saling dihubungkan dengan garis melingkar.
     Misalnya : wilayah perkotaan
·         Berdasarkan penekanan kepada jenisnya :
a.    Generic region. Contoh : wilayah iklim, wilayah vegetasi, wilayah pertanian.
b.    Specific region : menurut kekhususannya daerah tunggal, mempunyai ciri geografik yang khusus.
Contoh : Wilayah Asia Tenggara.
·         Wilayah  yang dalam klasifikasinya menggunakan metode statistik deskriptif dan analitik seperti faktor analisis.
 Contoh :
a.         Wilayah Waktu Indonesia Timur
b.        Wilayah yang cocok untuk padi basah,dll.


II.      PERWILAYAHAN SECARA FORMAL DAN FUNGSIONAL

Perwilayahan adalah suatu proses delineasi (pembatasan) suatu wilayah. Proses ini memerlukan kriteria sebagai dasar pembatasannya.

1.      Perwilayahan Formal ditekankan untuk mengetahui wilayah yang homogen (seragam).
Misalnya : Secara fisik : dataran rendah, dataran tinggi, dll.
                               Secara ekonomi : daerah yang sama produksinya, daerah yang sama tingkat   pendapatannya, dll.

2.      Wilayah Fungsional (wilayah nodal) adalah wilayah yang memiliki beberapa pusat kegiatan  yang saling berhubungan. Wilayah fungsional terdiri dari bagian-bagian yang heterogen, seperti Jakarta dengan wilayah pinggirannya yang dikenal JABODETABEK, yang secara fisik berbeda namun secara fungsional saling berkaitan.

III.   MEMBUAT PERWILAYAHAN BERDASARKAN FENOMENA GEOGRAFIS
Menentukan suatu wilayah geografik yaitu bentangan permukaan bumi dari suatu area atau geomer, atau daerah,  dapat ditentukan berdasarkan aspek :
a.       Keadaan fisik, misalnya daratan, lautan, iklim, jenis tanah, dll.
Contoh :
1.      Wilayah pantai (pemukiman dan bentangan  di daerah pantai dgn aktifitas penduduk  di sektor bahari).
2.      Wilayah dataran rendah (bentangan di dataran rendah yang sangat potensial untuk pertanian)
3.      Wilayah pegunungan (bentangan di daerah tinggi dengan tofografi kasar, dan potensial untuk daerah pariwisata, pertanian lahan kering, perkebunan, dan kehutanan).

b.      Keadaan ekonomi, misalnya sumber daya alam.
Contoh :
1.      Wilayah perkebunan, wilayah industri, wilayah pertambangan, wilayah peternakan.

c.       Keadaan sosial budaya, misalnya penduduk, kualitas penduduk, adat istiadat, dll.
Contoh :
1.      Wilayah Batak






Tidak ada komentar:

Posting Komentar